Mutilasi Alat Kelamin Perempuan (FGM) banyak dipraktikkan di wilayah timur Uganda, khususnya di wilayah Sebei dan di antara suku Pokot di Amudat, Distrik tetangga wilayah Karamoja, tempat banyak gadis muda dipaksa melakukan praktik berbahaya ini.
Dipercayai bahwa hal ini merupakan ritual peralihan seorang gadis menjadi wanita dewasa. Namun, proses ini sangat menyakitkan dan dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan yang serius, infeksi, pendarahan, bahkan kematian.
Menurut laporan lebih dari 50% gadis di Sebei dan Amudat menjalani Mutilasi Alat Kelamin Perempuan, dengan beberapa di antara mereka dipaksa melakukan praktik tersebut pada usia sangat muda, sepuluh tahun.
Praktik ini selalu dilakukan dalam kondisi tidak bersih sehingga meningkatkan risiko infeksi dan masalah kesehatan lainnya. Meskipun ada penolakan dari beberapa anggota masyarakat yang menganggapnya sebagai tradisi budaya yang penting, Proyek Pemberdayaan Masyarakat Sebei Raya berupaya keras untuk berhubungan dengan petugas kesehatan, aktivis lokal, dan otoritas pemerintah, Lembaga seperti Sekolah dan gereja untuk mengakhiri praktik ini.
Proyek Pemberdayaan Komunitas Sebei Raya selanjutnya bekerja sama dengan The Christian Partners Development Agency (CDPA) yang berpusat di Kenya, untuk berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka dapat mengakhiri praktik tersebut menggunakan pendekatan di bawah ini. CPDA memiliki lebih dari 30 tahun pengalaman dalam mengadvokasi anak perempuan dan perempuan muda, menangani kekerasan berbasis gender yang mencakup FGM, pernikahan dini, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, pemerkosaan, dan inses di Kenya. Kedua organisasi bekerja di bidang kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan yang serupa dan pengalaman masing-masing berkontribusi untuk mengurangi tingkat FGM di wilayah Sebei sebesar 50% dalam sepuluh tahun mendatang.
- Sosialisasi dari pintu ke pintu secara terus menerus
- Sensitisasi FGM Berkelanjutan di Titik Panas
- Pengenalan debat di sekolah untuk kedua jenis kelamin untuk membahas dampak FGM terhadap korbannya
- Peningkatan kesadaran masyarakat melalui road show
- Menggunakan acara radio komunitas lokal baik di tingkat lokal maupun nasional untuk berbicara tentang FGM
- Perekrutan Duta Anti FGM di masyarakat dan sekolah
- Pengakuan terhadap duta besar anti-FGM. Para relawan dilatih dan diberikan alat untuk meningkatkan kesadaran tentang FGM di komunitas mereka. Mereka lulus dengan prestasi tingkat standar.
- Melaksanakan dialog komunitas secara rutin untuk menjaga pesan anti-FGM tetap hidup
CEO CDPA Ibu Alice Kirambi sedang melakukan sesi bersama Korban FGM/FISTULA.
Ann dari CDPA memfasilitasi sesi di sekolah menengah atas Kapkwata